Rabu, 11 Februari 2009

The Legend


TITIEK PUSPA 

TITIEK Puspa, yang mempunyai nama asli Sudarwati yang diubah menjadi Kadarwati[rujukan?] dan terakhir diubah menjadi Sumarti[1] (lahir di Tanjung, Tabalong, Kalimantan Selatan, 1 November 1937; umur 71 tahun) adalah seorang musikus Indonesia.
Rekaman piringan hitamnya yang pertama dengan label GEMBIRA, berisi lagu Di Sudut Bibirmu, Esok Malam Kau Kujelang, dan duet bersama Tuty Daulay dalam lagu Indada Siririton, iringan musik Empat Sekawan Sariman. Pada pertengahan 1960, Titiek Puspa sempat menjadi penyanyi tetap pada Orkes Studio Jakarta. Saat itu Titiek Puspa banyak mendapat bimbingan dari Iskandar (pencipta lagu dan pemimpin orkes) dan Zainal Ardi (suaminya sendiri seorang announcer Radio Republik Indonesia Jakarta). Sebagai penyanyi yang mulai menanjak popularitasnya, Titiek belum menciptakan banyak lagu dalam albumnya, lagu-lagunya banyak diciptakan misalnya oleh Iskandar, Mus Mualim, ada juga Wedasmara. Barulah pada album Si Hitam dan Pita (1963) yang berisi 12 lagu tiap albumnya semuanya adalah ciptaannya sendiri dan menjadi populer saat itu, selain itu juga album Doa Ibu berisi 12 lagu, 11 lagu adalah ciptaannya dengan 1 lagu ciptaan Mus Mualim. Dari album Si Hitam, lagu yang semakin mempopulerkan namanya adalah Si Hitam, Tinggalkan, Aku dan Asmara. Bisa juga dikatakan bahwa bersama album Si Hitam, album Doa Ibu adalah album yang legendaris karena berisi lagu-lagu Minah Gadis Dusun, Pantang Mundur, yang semakin menancapkan Titiek Puspa sebagai penyanyi dan pencipta lagu Indonesia yang baik.
Nama "Titiek Puspa" diambil dari Titiek yang merupakan nama panggilannya sehari-hari dan Puspa dari 'Puspo' nama bapaknya. Nama ini pula yang diambil untuk nama orkes pengiringnya "PUSPA SARI" yang dipimpinnya sendiri dan mengiringinya menyanyi di awal kariernya.
Awal karir bernyanyinya dimulai di Semarang, kota di mana Titiek Puspa yang kini disebut sebagai diva legendaris oleh Majalah Wanita KARTINI, mengikuti kontes menyanyi "Bintang Radio". Tidak hanya sampai di bidang menyanyi saja, 'eyang Titik' juga menunjukan totalitasnya dalam menggarap beberapa operet yang sempat sangat disukai pemirsa TVRI, seperti operet bawang Merah Bawang Putih,Ketupat Lebaran, Kartini Manusiawi Kartini dan Ronce-ronce.

net/mr's

Diterbitkan 12-02-2009

http://wartaputradayak.blogspot.com/


Konser

Untuk memperingati ulang tahunnya yang ke-70, Titiek menggelar konser bertajuk Karya Abadi Sang Legenda: 70 Tahun Titiek Puspa. Konser ini ditujukan sebagai perwujudan rasa terima kasih Titiek Puspa kepada semua yang terlibat dan pernah bekerja sama dengan Titiek Puspa terhadap negeri ini, khususnya terima kasih tak terhingga untuk penonton dan penggemar Titiek Puspa. Konser yang diriingi musisi Dian HP Orchestra dengan melibatkan Ari Lasso, Andi /rif, 3 Diva (KD, Titi DJ, Ruth Sahanaya), Melly Goeslaw, Vina Panduwinata, Pinkan Mambo, Rio Febrian, Bilqis, Bob Tutupoli, Dewi Sandra, Emilia Contessa, Marini, Euis Darliah, Elvy Sukaesih, Inul Daratista, Warna, Project Pop, Gita Gutawa, dan artis Mamma Mia, turut pula disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta menteri, pejabat negara, dan mantan pejabat negara.


Penghargaan

Juara Bintang Radio Jenis Hiburan tingkat Jawa Tengah (1954)
BASF Award ke-10 untuk kategori "Pengabdian Panjang di Dunia Musik" (1994)


Diskografi
Kisah Hidup (1963)
PUSPA DEWI (Bali. ARN 1001)
Tinggi Gunung Seribu Janji. (Irama. EP-03)
Daun Yang Gugur. (Irama. EP-27)
Ditinggal Kekasih (Extended Play /Irama. EP 85)
Selamat Jalan, Selamat Berpisah (Extended Play /Irama. EP 86)
Buka Pintu (Single Play /Irama. SP 50)
SI HITAM (Irama. LPI 175116)
Sampul Surat (Single Play. /Irama. SP-61)
DOA IBU (Irama. LPI 17580)
SOK TEU (J&B. JBL 28837)
ANEKA GAYA TITIEK PUSPA (Irama. LPI 175126)
PITA (Irama. LPI 175138) (1963)

Album bersama
MARI BERSUKARIA dengan Irama Lenso (Irama LPI 17588) (1965)
GAJAH DUNGKUL -Titiek Puspa, Bing Slamet dan Indonesia Tiga (Bali Rec. BLP7005)

Album kumpulan
PAPAYA, MANGGA, PISANG, JAMBU. (Bisikan Alam Maya -Irama.LPI 17522)
INI DAN ITU volume 2. (Mata Sapi; Dulu dan Kini. -Mesra.LP-19)
KRONCONG PARADE. (Bubuy Bulan; Bengawan Solo. -Pop Sound. 6417-001)

Lagu
Mama (1964)
Bing (1973)
Kupu-Kupu Malam (1977)
Apanya Dong (1982)
Horas Kasih (1983)
Virus Cinta (1997)
Gang Kelinci
Romo Ono Maling
Rindu Setengah Mati
Adinda
Cinta
Jatuh Cinta
Pantang Mundur
Ayah
Marilah Kemari
Burung Kakaktua
Bapak Pembangunan

Filmografi

Minah Gadis Dusun (1965)
Di Balik Cahaya Gemerlapan (1976)
Inem Pelayan Sexy (1976)
Karminem (1977)
Rojali dan Juhela (1980)
Koboi Sutra Ungu (1982)

Teater
Operet Papiko (Persatuan Artis Pop Ibukota) (1972 - ???)
Operet Kupu Kupu (2006


Diterbitkan 12-02-2009

http://wartaputradayak.blogspot.com/

KATA MEREKA





Dra Hj Fatimah Adam 
(Ketua Pengurus Daerah Pemuda Panca Marga Kalsel/ Pendidik)

 Hafal Lagunya di Luar Kepala 

 Saya sangat sangat suka dengan Titiek Puspa. Sejak masa sekolah terutama ketika SMA, kalau ada kesempatan menyanyi, saya pasti membawakan lagu beliau.
Apalagi keluarga saya menyukai seni sehingga kami memiliki koleksi album Titiek Puspa yang cukup lengkap.
Sampai sekarang pun kalau ada acara saya selalu menyanyikan lagi Titiek Puspa, saya hafal diluar kepala lho.
Misalnya Bing, Kupu-Kupu Malam dan sebagainya. Saya turut bangga memiliki seniman sekaliber beliau. Sebagai seniman, beliau mampu menuangkan sisi kehidupan nelalui lagu-lagu yang menyentuh.
Sebagia idola, beliau wanita luar biasa dan mau berbagi ilmu dengan cara mengkader penerusnya. Dengan demikian, tentu saja beliau memiliki sifat merakyat, peka terhadap segala hal yang menyangkut kehidupan ini.
Sebagai wanita, beliau luar biasa, tidak merasa bersaing dengan seniman lainnya. Mudah-mudahan semakin banyak seniman terutama yang perempuan yang mampu berkiprah dan melegenda seperti Titiek Puspa. 
tya

Diterbitkan 12-02-2009

http://wartaputradayak.blogspot.com/

Patut jadi Teladan Kaum Perempuan



Lili Irianti Mala SH
(Pekerja Media/Caleg Partai Golkar)

Titiek Puspa memang legenda. Perempuan siapa yang tidak ingin seperti dirinya. Saya melihatnya di usia senja, 71 tahun, beliau tetap bisa menyuguhkan penampilan terbaik dan tetap cantik. Perilaku santun, torehan prestasi gemilang menjadikan ia patut jadi panutan khususnya kaum perempuan.
Di saat emansipasi perempuan atau era persamaan gender masih belum gencar digaungkan, Titiek Puspa dengan karya-karya emasnya seperti Bing, Gang Kelinci, Kupu-Kupu Malam, Bimbi dllnya sudah menunjukkan eksistensinya sebagai kaum perempuan yang memiliki prestasi yang tak bisa dianggap enteng.Bahkan beliau hingga saat ini tetap merupakan diva dari diva artis penyanyi di Indonesia, dengan segala aktivitasnya baik sebagai penyanyi,pencipta lagu hingga artis film 
 Perempuan Indonesia atau kaum ibu harus dorong untuk lebih sadar atas hal-hak mereka untuk mendapatkan persamaan hal dalam berbagai lingkup kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Lagu-lagu beliau selain Bing yang paling saya sukai juga Kupu Kupu malam baik lirik dan musiknya sangat menyentuh, tentang perjuangan seorang wanita malam yang mesti berjuang untuk menghidupi keluarganya. Dengan lagu itu jadi cerminan kita sebagai kaum perempuan untuk terus maju dan karya 
mr’s

Diterbitkan 12-02-2009

http://wartaputradayak.blogspot.com/

Sangat Pantas Disebut Legenda


HM Karno 
(Anggota DPRD Kalsel/Caleg Partai Golkar )

Jika ditelisik, sebenarnya tidak terlalu banyak musisi Indonesia yang layak disebut legenda. Mungkin karya-karyanya bagus, tapi untuk bisa disebut legenda, di Indonesia masih bisa dihitung jari tangan. 
Tapi untuk disebut sebagai legenda, Titik Puspa masih sangat pantas.
Mbak Titiek yang sudah menembus usia 71 tahun bagi saya tergolong musisi yang tahan banting. Di era apapun, perempuan ayu ini bisa menyodorkan lagu-lagunya yang tetap enak dinikmati di masa kekinian. Perjalanan keseniannya pun tak berhenti sampai sekarang. Sementara musisi-musisi muda bermunculan, nama beliau tak begitu saja menghilang dari telinga para penggemarnya. Saya saja selalu nonton penampilannya baik itu di Banjarmasin ataupun di Jakarta ataupun di televisi . Dari seluruh lagu-lagu beliau yang paling saya senangi, terus terang lagu Bing memang paling saya senangi, baik irama dan liriknya sangat menyentuh. Beliau mampu mengekspresikan duka cita mendalam saat meninggalnya seniman besar sekaligus sahabatnya Bing Slamet melalui sebuah lagu.Kita doakan semoga Mbak Titiek semoga panjang umur
mr’s

Diterbitkan 12-02-2009

http://wartaputradayak.blogspot.com/

JADUL

Atas : Wiwiek Abidin di-tunggu-tunggu oleh masyarakat Banjarmasin

Tengah : Siti Rochani , penyanyi lagu2 Melayu yang taka sing lagi disana

Bawah : Lies Saodah sempat berkenalan dengan cowoq Kalsel 
 
O.M. PANCARAN MUDA & WIWIEK ABIDIN MENGHIBUR MASYARAKAT BANJARMASIN


PERTUNJUKAN musik yang dimeriahkan O.M. Pancaran Muda pimpinan Zakaria dengan penyanyi Wiwiek Abidin, Lies Saodah, Mansyur S, Dedy RM dan Salim ini di prakarsai oleh KONI Kalsel dalam rangka mencari biaya untuk memperbaiki Stadion 17 Mei, Banjarmasin.
 Bioskop Dewi malam itu cukup dipadati publik, meskipun harga karcis mahal: masing-masing Rp.2.000,- dan Rp. 1.000,-. Bahkan tidak sedikit pengunjung yang terpaksa membeli karcis melalui calo, berhubung calo-calo ini tidak segan-segan memborong karcis.
 Biduan Deddy RM mendapat kesempatan tampil pertama dengan lagu “Hidup Untuk Cinta” dan “Harapan Hampa”. Stage-action-nya boleh juga; ngajak joget segala! Lies Saodah menyanyikan lagu “Kau Pergi Tanpa Pesan” dan “Kehancuran Cinta”. Gayanya mengundang tepuk sorak penonton. Pantas saja karena dia orang film. Mansyur S. dan Wiwiek Abidin terbilang penyanyi beken untuk lagu-lagu berirama Melayu. Mereka a.l. membawakan “Pengharapan”,”Gadis atau Janda”,”Boneka baru” dan “Seminggu da Malaysia”.
 Tampil Salim memegang mic membuat situasi tambah riuh oleh ledakan tawa hadirin. Dagelannya mengena di hati. Benar-benar kocak. Setelah acara beruntun dari bintang-bintang tamu, acara dilanjutkan dengan mengetengahkan juara-juara lagu-lagu Melayu 1974 Kalsel, a.l. Noutbatsyah, Siti Rochani dan Parman Andrias. Karena semua artis menyuguhkan lagu-lagu yang akrab sekali dengan penonton : ada yang senandung dan ada pula yang berirama joget, maka tidak jarang penonton dibuat latah; ikut-ikut naik kepentas untuk jingkrak-jingkrak berjoget dan goyang pinggul.
 Demikianlah pertunjukkan berlangsung dengan sukses. “Saya ketawa sampai keluar air mata, karena lucu dan dangdut!” kata Tante Rusmini, salah seorang hadirin memberikan komentar. (Hasby/Guntur)***

 
Sumber : Majalah Varia Nada Edisi181 Tahun 1974

Diterbitkan 12-02-2009
http://wartaputradayak.blogspot.com/