Kamis, 21 Agustus 2008

Belajar dari Pengelolaan TPA Batu Layang Pontianak (1)


BATU LAYANG : Site Manager PT Gikoko Kogyo Indonesia di Pontianak Ir Medi Novianto memberikan penjelasan pengelolaan sampah di TPA Batu Layang kepada Wakil Walikota H Alwi Sahlan dan Asisten II Ekobang Ir H Khairuddin Anwar,Msi (foto: mer’s/brt)

 
Bakar Gas dari Timbunan Sampah

PERSOALAN sampah, memang masalah seluruh kota di Indonesia, termasuk di Banjarmasin yang seharinya mengumpulkan sekitar 350-400/ton sampah
perhari di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA)di Basirih.
Sisi lain, luas areal TPA lama-kelamaan akan habis jika tidak segera diperluas, sementara lahan yang tersisa hanya sedikit
Berangkat dari itulah Pemko Banjarmasin mencoba melihat dari dekat pengelolaan TPA Batu Layang di Pontianak (Kalbar) yang dikerjasamakan PT Gikoko Kagyo dan diolah menjadi gas methan, Kamis (6/12) lalu
Berikut catatan wartawan Barito Post Mercurius yang mengikuti kunjungan kerja itu

Dipimpin Wakil Walikota, Drs H Alwi Sahlan, MSi didampingi Asisten II Ir H Khairuddin Anwar, MSi. Kepala Dinas Infokom Drs H Bambang Budianto, MSi Kepala Dinas Kebersihan diwakili Drs M.Hilmy MM, dan Kepala Bappeko yang diwakili Drs H Fahriady dan sejumlah wartawan, rombongan disambut Kepala Dinas Kesebersihan Pontianak Drs H Sugimin.
Menurut Sugimin, persepsi masyarakat selama ini kalau sampah sudah terangkut Tempat Pembuangan. Sementara (TPS) ke TPA selesailah masalah? Padahal katanya pengelolaan TPA perlu perhatian serius dan profesional. Sebab salah-salah menjadi menjadi bom waktu, seperti kasus TPA Gebang dan TPA Lui Gajah.
Jumlah penduduk Pontianak sendiri hampir sama dengan Banjarmasin lebih kurang 500.027 jiwa dengan produksi sampahnya 2,41 liter/orang/hari
Sementara, Kota Pontianak hanya memiliki lokasi TPA Batulayang dengan concorolled landfill system dan umur pemakaian 8 tahun yang dibangun pada tahun 1994/1995 melalui program KUDP dengan luas kurang lebih 13 Hektar. Dan hingga saai ini, terpakai kurang lebih 11 H, sedangkan siasanya dipergunakan sebagai daerah
penyangga (buffer zone).
Sementara volume sampah setiap harinya di Pontianak semakin bertambah sehingga akan melebihi kapasitas TPA yang tersedia, apabila tidak dilakukan pengelolaan dengan tepat . Padahal lahan TPA di Pontianak relative terbatas, dan diwilayahnya berdekatan dengan kawasan pemukiman penduduk
Nasib baik berpihak pada kota katulistiwa ini. Bertepatan itu Kota Pontianak dipilih guna mendukung implementasi Program CDM (Clean Development Mechanism) atau Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB), yang merupakan hasil Protokol Kyoto
Proyek ini adalah proyek berskala internasional yaitu proyek pengurangan emisi Gas Rumah Kaca yang berpengaruh pada pemanasan global dan perubahan iklim.
Pengurangan efek gas rumah ini didukung dan difasilitasi Bank Dunia (World Bank) melalui kerja sama dengan PT Gikoko Kogyo yang berhsil mengoperasikan mesin pembakar gas dari timbunan sampah.
bersambung

6-12-2007

Tidak ada komentar: