Minggu, 02 November 2008

Lestarikan Kesenian Lamut agar tak ‘Balumut’


PERLU REGENERASI : H Djamhar dari Kuin salah satu tokoh Palamutan yang tersisa saat beraksi pada acara Rehabilitasi Seni Lamut di Taman Budaya Provinsi Kalsel, Jumat (31/10) malam . H Djamhar usianya sudah tua, jika tidak ada regenerasi habislah generasi palamutan di banua ini. (Foto : Nasrullah/Brt)


Banjarmasin, BARITO
Lamut sebagai bagian seni tradisional Banjar yang dianggap spesifik. Dalam sejarahnya, lamut merupakan sebuah kristalisasi budaya masyarakat Banjar yang berproses alami dan cukup panjang.
Tak dapat dipungkiri seni balamut kini tak banyak dikenal khalayak muda. Lamut kalah populer dibanding Madihin atau Mamanda.
Bukan karena masyarakat tak mau tahu dengan seni ini, melainkan karena frekuensi balamut di panggung pertunjukkan nyaris tak terdengar. Jika pun ada, mungkin hanya satu atau dua kali setahun.
Lamut boleh jadi merupakan satu dari sejumlah kesenian Tradisional Banjar yang seolah dilupakan. Seperti namanya Lamut, kesenian ini makin lama seolah makin “Balumut” digerus arus teknologi dan modernisasi
Berangkat dari keprihatinan itulah Pemerintah Pusat melalui Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI bekerja-sama Dinas Pariwisata Kalsel menggelar Rehabilitasi Seni Lamut di Taman Budaya Provinsi Kalsel, Jumat (31/10) malam
Direktur kesenian dari Direktorat Jendral Nilai Budaya, Seni Film, Drs Surya Yuga Msi, pada sambutannya mengaku heran seni bertututur itu seolah mati suri “ Orang luar saja peduli dengan kesenian tradisional Banjar. Kok orang banua sendiri tidak memperhatikan seni dan budayanya?” ungkap Surya.
Sebagai putra Banua yang bertugas di Jakarta, Surya mengaku turut merasa bertanggung jawab atas pelestarian seni budaya Kalsel. Untuk itu dalam tahun ini, tiga kesenian daerah dari provinsi lain, kesenian Kalsel termasuk dalam program revitalisasi oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI.
Surya menambahkan, sebenarnya revitalisasi seni budaya daerah adalah tanggung jawab pemerintah setempat, ini selaras dengan adanya otonomi daerah. Namun sayangnya , selama sembilan tahun otonomi daerah tidak tereyalisasi. Karena itulah pemerintah pusat akhirnya turun tangan bekerjasama dengan instansi terkait di daerah.
Sementara itu, Djamhar pemain Lamut pada malam pertunjukan itu telihat bersemangat memainkan gendangnya di hadapan para tamu undangan, yang kebanyakan datang dari beberapa sanggar seni di Banjarmasin. Dan tidak itu saja, Djamhar sebelum memainkan seni Lamut di atas panggung, terlebih dahulu mendapatkan sumbangan yang penyerahannya sendiri di wakilkan kepada Drs Surya Yuga Msi.
van/mr’s

02-11-2008

Tidak ada komentar: