Minggu, 02 November 2008

Teater Intan dan Kebenaran yang Membunuh!!





Ya, aku tahu. Tetapi ketika aku membunuhnya, bukan aku yang melakukannya. Juga bukan pisau yang kuhunjamkan ketubuhnya itu yang melakukannya, melainkan ada sesuatu kekuatan lain dan itulah yang telah membunuhnya. Dan dia bernama KEBENARAN !!! KEBENARAN YANG MEMBUNUH


Pesan yang disampaikan Teater Intan dari MAN 2 Martapura pada Pementasan Kebenaran yang Membunuh pada Festival Teater Pelajar SMUN 1 Banjarmasin di Taman Budaya Provinsi Kalsel di Banjarmasin adalah bahwa kebenaran bersifat mutlak dan berkekuatan.
Pementasan yang disutradai Ari Hidayat itu merupakan penampilan ke-20 kalinya dari Teater Intan. Menurut Aan, pelatih Teater Intan, pihaknya melakukan latihan intensif selama 2 bulan sebagai persiapan.
Kebenaran yang Membunuh karya Meong Purwanto melibatkan sekitar 6 pemain. Mereka adalah Yetty sebagai Firdaus, Yasir (kapten), Dini (suster), Faisal (sipir I), Ummu (sipir II) dan Ridha sebagai polisi.
Atas aktingnya sebagai napi wanita yang menghadapi tekanan batin dan menghadapi hukuman mati, Yetty mendapat gelar Aktris Terbaik.
Yetty unggul atas Adrina dari Teater Perak SMU 7 Banjarmasin dan Julia dari Teater Sampan SMU 2 Banjarbaru.
Lakon menceritakan kehidupan wanita bernama Firdaus yang dihancurkan hidup dan kehormatannya oleh ayah, paman dan teman laki-lakinya. Firdaus kemudian menghadapi vonis mati setelah sebelumnya membunuh pejabat tinggi negara yang merendahkan martabatnya.
Melalui pertunjukan tersebut, Teater Intan juga menyelipkan pesan universal. Ini terlihat pada adegan eksekusi Firdaus. Sebelum ditembak mati, datang suster yang mengajak Firdaus bertobat.
“Kita tekankan kepada semua pihak, bahwa agama apapun didunia ini adalah mengajarkan kebaikan. Misalnya bertobat dengan mengakui perbuatan dan berjanji tidak mengulangi perbuatan,” ungkap Aan.
Sebelumnya, Teater Intan mendapat gelar Juara II pada Festival Teater Pelajar SMU 7 di Banjarmasin.
Melihat prestasinya, awak teater itu tentu tidak main-main dalam menggarap naskah dan memproduksi suatu karya teatrikal. Disamping itu, mereka rajin melakukan latihan satu kali seminggu setiap selasa sore.
Supervisor Teater Intan sekaligus Alumni MAN 2 Martapura Daddy Fahmanadie SH mengatakan, kiprah sekolah agama (madrasah) saat ini tidak bisa dipandang sebelah mata lagi.
“Bukan hanya pelajar sekolah umum saja yang bisa berprestasi, tetapi sekolah agama pun bisa juga bisa tampil eksis didunia seni khususnya seni teater sekolah,” ungkap Daddy yang juga dosen FH Unlam itu.

tya


05-02-2008

Tidak ada komentar: