Senin, 13 Oktober 2008

Banjarmasin Berbasis Sungai Sinergis Sistem Perkotaan Nasional


KEMAUAN : Menjadikan pembangunan Banjarmasin sebagai kota berbasis sungai tergantung dari kemauan dan tekad serta kesadaran bersama warga, pemerintah dan swasta (foto: dok/brt)


Dr Ir Setia Hadi MS : Menyusun Tata Ruang, Sungai Harus Jadi Subjek
Banjarmasin, BARITO
Sejalan dengan konsep pengembangan Kota Banjarmasin yang berbasis sungai, pada program yang akan dijalankan diharapkan sinergis dengan rencana tata ruang kawasan metropolitan.”Dan juga dalam fungsi sistem perkotaan nasional, Banjarmasin ditetapkan sebagai pusat kegiatan nasional,” harap Plh Kasi Metropolitan Dirjen Penataan Ruang Wilayah III Departemen PU, M Damun kepada wartawan usai menghadiri Diskusi Penataan Ruang dan Lanskap Kota Banjarmasin dan BBM Berbasis Sistem Sungai di Aula Kayuh Baimbai Balai Kota Banjarmasin, Jumat (10/10).
Hal itu dimaksudkan, pada pelaksanaan yang akan dijalankan nantinya bisa bersinergi antara kota, provinsi, dan nasional bisa berkelanjutan. Karena itu pemerintah pusat berupaya mendorong Banjarmasin dalam peranan sungai terhadap pemanfaatan di daratan dalam membawa tata ruang yang mengikuti hierarki tata ruang wilayah kota, provinsi dan nasional sesuai UU No 26/2006 tentang Penataan Ruang yang disahkan pada April 2007. “Revisi RTRW Kota Banjarmasin sendiri diharapkan bisa selesai pada 10 April 2010 mendatang,” pungkasnya
Sementara itu, Sekretaris Pusat Pengkajian Perencana dan Pengembangan Wilayah IPB
yang menjadi narasumber pada acara diskusi, Dr Ir Setia Hadi MS mengatakan, hampir semua kota yang berbasis sungai melupakan sungai sebagai ekosistem dalam penataan ruang sebagai subjek. ”Sekarang kan sungai menjadi objek penderita, padahal konsep sebenarnya pembangunan harus diawali dari sungai menyesuaikan darat, bukan darat yang menguruk sungai,” beber urang asli Banua ini.
Karena itulah, sambung adik Kepala Bappeko Kota Banjarmasin Ir Supriadi yang menjadi moderator pada diskusi itu, ke depannya dalam mendukung keinginan pemko agar sungai menjadi subjek, harus dimulai dari penyusunan tata ruang .
Sebelumnya salah satu pengamat perkotaan Drs Bachtiar GraDip mengatakan, berdasarkan penelitiannya, pada tahun 1970-an, Banjarmasin dengan sungainya merupakan kota yang eksotik. Kerusakan Banjarmasin dimulai pada saat ekspor kayu log dilarang. “Sehingga hal ini berdampak pada bermunculannya industri plywood yang menyebabkan berdatangannya kaum urban,“ paparnya.
Salah satu peserta diskusi, Kepala Distako Banjarmasin Drs H Hamdi mengakui diskusi yang didapatnya pada saat ini sangat baik dalam memberikan masukan Revisi Tata Ruang Kota Banjarmasin.
Sedangkan menurut Kadis Kimprasko Ir H N Fajar Descira CES, konsep pembangunan Banjarmasin berbasis sungai ini akan terus digenjot baik dalam bentuk diskusi dan seminar sehingga berkelanjutan
mr’s
13-10-2008

Tidak ada komentar: