Kamis, 13 November 2008

Penggunaan BOS SDN Sei Miai 5 Dinilai Tak Transparan

Banjarmasin, BARITO
Penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sering menjadi pertanyaan banyak orang, tidak terkecuali di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sei Miai 5, puluhan ibu orangtua/wali murid ini protes, karena menilai penggunaan dana BOS di sekolah tersebut tidak transparan.
Kepada wartawan, ibu-ibu ini mengatakan, semenjak kepala sekolah yang dahulu, biasanya penggunaa dana BOS ditempel di dinding sekolah, sehingga mereka dapat melihat peruntukannya untuk apa saja. “Berbeda dengan sekarang, tidak ada lagi transparansi sekolah, sehingga kami tidak tahu penggunaan dana BOS untuk apa saja,” kata salah seorang ibu bernama Tina.
Mereka juga bingung, kenapa untuk buku sekolah, harus diwajibkan membeli baik orang yang mampu ataupun tidak mampu, bahkan mereka juga mengatakan kalau pihak sekolah dalam hal ini wali kelas terkesan ‘memaksa’ orangtua murid harus membeli buku pelajaran dengan sebelumnya membuat pernyataan dan ditandatangani oleh orang tua yang isinya mereka bersedia membeli buku pelajaran dan apabila nanti terjadi sesuatu yang tidak diinginkan saya bersedia jadi saksi.
“Terang ini adanya unsur pemaksaan dari pihak wali kelas, karena kami ‘dipaksa’ membuat pernyataan terlebih dahulu,” tandas Tina.
Di samping itu juga, kebijakan dari sekolah tersebut juga diprotes oleh orangtua murid, antara lain pungutan tiap Jumat dari sekolah untuk keperluan orang sakit atau meninggal, tapi menurutnya, nyatanya setiap ada yang jatuh sakit atau meninggal, pihak sekolah masih saja memungut sumbangan.
Bahkan hingga saat ini mereka juga mengaku kesulitan menjaga anak mereka di sekolah, karena pihak sekolah melarang para orang tua duduk di lingkungan sekolah untuk menunggu anak mereka.
Menanggapi hal tersebut, Kepala SDN Sei Miai 5 mengatakan, dana BOS sudah sesuai dengan RAPBS (Rancangan Anggaran Belanja Sekolah), “Jadi tidak benar kami tidak transparan karena hal tersebut sudah sesuai dengan RAPBS, dan ada pembukuannya, namun saya tidak memegang uang BOS, karena semuanya sudah masuk ke kas bendahara,” kata Saberah.
Namun pihaknya mengakui tidak menempelkan penggunaan dana BOS tersebut di dinding sekolah, tapi dirinya berjanji ke depanya akan membuat laporan tentang penggunaan dana BOS tersebut supaya diketahui orangtua/wali murid.
Dan untuk larangan orangtua murid menunggu di lingkungan sekolah, kepala sekolah menilai para ibu-ibu tersebut sering mengganggu proses belajar dengan berbicara yang terlalu nyaring, jadi terpaksa pihak sekolah membuat kebijakan tersebut, belum lagi menurutnya sampah yang berserakan di tempat ibu-ibu yang menunggu anaknya tersebut.
Sedangkan mengenai sumbangan setiap Jumat, menurut Saberah pihaknya melakukan hal tersebut agar menanamkan rasa social yang tinggi terhadap anak didiknya dengan menyumbang dan ikut prihatin terhadap rekan mereka yang terkena musibah.
del
05-11-2008

Tidak ada komentar: